Kamis, 01 Mei 2014

Pendidikan Alternatif konsep belajar sepanjang hayat



Pendidikan Alternatif merupakan perluasan kesempatan layanan pendidikan dengan menerapkan konsep pendidikan dan belajar sepanjang hayat yaitu Self Learning. “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup. Kehidupan didunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Rata-rata masyarakat kita mematok bahwa mendapat pendidikan itu hanya disekolah saja, sebagian dari mereka ada ketidak percayaan terhadap pendidikan alternatif ini. Padahal pendidikan itu sendiri merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak selamanya sekolah sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan, diluar itu pendidikan bisa didapatkan selain di sekolah formal salah satunya social learning. 


Pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk, yaitu:

  • ·         Sekolah publik pilihan (public choice): SMP Terbuka, SMU Terbuka, Universitas Terbuka.
  • Sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk). Pengertian “siswa bermasalah” di sini meliputi mereka yang: -Tinggal kelas karena lambat belajar, -‘Nakal’ atau mengganggu lingkungan (termasuk mereka yang sedang menjalani masa pemasyarakatan di Lembaga Permasyarakatan Anak), -Korban penyalahgunaan narkoba, Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang tua, ekonomi, konflik etnis/budaya (termasuk bagi anak suku terasing, anak jalanan, dan anak gelandangan), Putus sekolah karena berbagai sebab lain, Belum pernah mengikuti program sebelumnya. 
  •  Sekolah/lembaga pendidikan swasta/independen: Pesantren atau sekolah minggu, kursus, Lembaga pendidikan dengan program perawatan atau pendidikan usia dini seperti penitipan anak, kelompok bermain, dan taman kanak-kanak
  • Pendidikan di rumah (home-based schooling):
Meurut Dik Doang selaku pemateri Seminar Nasional : Pendidikan Alternatif, ada beberapa hal yang harus kita ketahui sebagai calon pendidik yaitu : usia anak 1 s/d 7 tahun adalah masa mereka bermain dan bermain tidak ada kata untuk belajar, "Biarkan mereka bermain" ungkapnya. Usia 7 s/d 14 adalah masa mereka untuk belajar, jadi berikanlah mereka pengajaran agama, alam dll. Usia 14 s/d 20 adalah masa-masa bersahabat dimana mereka pada masa mengenal pertemanan, bagi kita calon pendidik pada usai seperti ini selain kita menjadi seorang pendidik kita harus menjadi seorang teman untuk mereka. Sedangkan usia 21 s/d 27 adalah masa bekerja dan 27 danseterusnya adalah masa pernikahan.

Tidak hanya itu dalam seminar ini diungkapkan pula beberapa kegelisahan pendidikan di indonesia oleh Drs Sardin M.si mengenai 9 kegelisahan pendidikan di Indonesia, salah satunya bahwa keberhasilan pendidikan diukur dari keunggulan ranah kognitif saja. Hal ini terbukti Evaluasi pembelajaran hanya mengukur ranah kognitif sedangkan afektif dan psikomotorik terabaikan. Materi pendidikan dan buku-buku pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang miskin akan upaya-upaya untuk menyeimbangkan faktor praktek dan teori, faktor IPTEK dan IMTAQ karena kebanyakan buku-buku yang beredar saat ini adalah kumpulan dari buku-buku sumber lain saja yang dimasukan kedalam satu buku. Pendidikan di kita bertujuan untuk titel dan gelar yang menjadi target pendidikan yang tidak disertai dengan tanggung jawab Ilmiah yang mumpuni. 

Disana disebutkan ada beberapa hal yang menjadi harapan dalam pendidikan yaitu :
- Membuat masyarakat jujur dan cerdas
- Membangun kreatifitas dan inovasi
- Membangun kebersamaan dan empati
- Mampu mendorong kemandirian

Banyak sekali hal-hal yang di bahas mengenai pendidikan alternatif pada seminar sesi pertama ini. Salah satunya sebuah quote menarik yang diberikan oleh Dik Doang bahwa Ilmu itu cahaya, Ilmu itu tidak disimpan di akal tapi di hati. Ada dua jenis ilmu yang ada di dunia ini yaitu Ilmu Bulan dan Ilmu matahari. Ilmu bulan adalah ilmu yang seolah-olah menerangi kegelepan sama halnya dengan Ilmu kesombongan sedangkan Ilmu Matahari ialah ilmu itu cahaya, cahaya yang bisa menyentuh dan menerangi seluruh alam, maka jadilah Ilmu itu untuk menyentuh hati oranglain seperti halnya matahari.

seluruh materi ini disampaikan pada acara "Seminar Nasional : Pendidikan Alternatif bersama pemateri Dik Doank dan Drs. Sardi M.si” yang merupakan serangkaian kegiatan Hajat Seni Rupa 2014 untuk  pertama kalinya diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 2014 di Auditorium Lt. 4 FPBS UPI. 



penulis : Devianti N W

*Foto sementara belum tersedia segera dilengkapi !