Sabtu, 14 Februari 2015

Kami Berkunjung “The World And I: Heri Dono Art Odyssey”

Salah satu karya Heri Dono
Himpunan Mahasiswa Seni Rupa (HIMASRA) menghadiri undangan pameran tunggal The World And I: Heri Dono Art Odyssey di Art: 1 New Museum, Jakarta Pusat, Kamis (12/06/2014). Pameran tersebut berlangsung dari 12 juni hingga 12 agustus, dengan menghadirkan 84 karya yang ia buat sejak era 80-an hingga saat ini.

Pameran ini terbagi kedalam dua tajuk, yakni pameran retrospektif dan peluncuran buku Heri Dono. Tidak dipungkiri bahwa kegiatan berkesenianya itu telah mewakili pameran restropektif yang diadakan dalam mengangkat isu berkesenian sejak merintis karya seni sehingga menjadi aksen utama dalam pameran begitu juga dalam peluncuran bukunya.

“Signifikansi berkesenian Heri dari perspektif seni rupa kontemporer dan global cukup kuat” kata Jim Supangkat dan A Rikrik selaku kurator dalam pameran tersebut yang seakan akan ingin menunjukan Heri sebagai sesosok yang unik.

Ide-ide yang ia hadirkan lewat karya terbaru itu menjadi sebuah momen tentang keuletan Heri dalam menghadirkan ide yang ia tuangkan. Entah penikmat seni senang atau tak senang, Memperhatikan karya-karya yang dipajang pada pameran itu, kita akan melihat tentang proses kreatif Heri selama ini. Bahkan ruang kerja dan perlengkapan kerjanya pun disajikan di sebuah ruangan khusus dalam pameran itu. Kumpulan buku-buku, cat, sketsa, hingga bacaan lainnya menjadikan sosok Heri sebagai seorang seniman sekaligus seorang periset. Karya berjudul Kissing (200x150 cm, 2013) juga menjadi pajangan menarik. Heri menghadirkan dua sosok kepala yang saling menjulurkan lidah masing-masing.


Namun, itu bukanlah kepala seperti manusia utuh. Di kepala `manusia' yang Heri buat itulah terdapat beberapa mata sehingga cukup membuat kita berpikir tentang kata `mata hati', `mata kepala'. `mata buta', dan `mata mata' tentunya. "Saya ingin menunjukkan seni itu berawal dari kesederhanaan dan dituangkan lewat media. Semua bisa menghadirkan karya. Namun ide itulah yang sangat mahal untuk dituangkan menjadi karya yang utuh," ujar Heri di sela-sela pameran. (Kompilasi Media Indonesia, Rega Oktaviana).