Selasa, 03 Maret 2015

Identifikasi Pembakaran Keramik, Berangkat ke Galnas



Kepengurusan periode 2014-2015 mengawali perjalanan perdana dengan mengunjungi Galeri Nasional Indonesia dalam acara Jakarta Contemporary Ceramics Biennale yang ketiga kalinya digelar Jakarta, Minggu (28/09/2014). Acara ini digelar dari tanggal 24 September- 13 Oktober 2014.
Jika mengilas balik sejarah Jakarta Contemporary Ceramics Biennale (JCCB) ini digagas oleh Asmujo Jono Irianto seorang kurator dan dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rifki Effendi (kurator) yang mana ketika itu menyelenggarakan The First Jakarta Contemporary Ceramics Biennale.

JCCB pertama mengusung tema Ceramic Art: In Between, diselenggarakan di North Art Space, Jakarta pada tahun 2009. Dalam penyelenggaraan pertama tersebut mengundang seniman Internasional. Penyelenggaraan tersebut menampilkan berbagai macam seni keramik kontemporer diantaranya instalasi, performance, keramik modern, pottery, video dan patung. Selain itu menyelenggarakan program seminar dan workshop.

JCCB #2 mengusung tema Crafting Identity diselenggarakan di North Art Space dan Museum Seni Rupa Keramik pada tahun 2012. JCCB #2 diselenggarakan dengan mengundang Kurator Sujud Dartanto (dosen seni rupa, ISI). Seniman yang di undang dalam penyelenggaraan acara ini lintas Internasional dengan menampilkan pameran yang lebih beragam, lebih berani dan lebih spontan. Seminar dan workshop juga turut diselenggarakan dengan lebih spesifik dan dikemas lebih serius.

JCCB #3 mengemas penyelenggaraan yang lebih sempurna dengan mengusung tema oleh kurator Asmuji J Irianto dan Rifky Effendi “Coefficient of Expansion”, suatu metafora terhadap praksis keramik termutakhir yang kian ekstensif. Penyelenggaraan ketiga JCCB mengundangan lebih banyak seniman internasional dan seniman keramik indonesia serta Industri keramik dan studio-studio keramik.

Mengingat JCCB kedua diselenggarakan dengan sukses, JCCB #3 menggandeng kemenparekraf dan dijadikan sebagai program unggulan. Selain itu dilibatkan juga lembaga- lembaga internasional sehingga membantu pendaan (grant atau arts fund).

“Istilah Coefficient of Expansion dalam teknik keramik berkaitan dengan inversi kuarsa, atau juga dikenal dengan ceramic change yaitu titik perubahan kimiawi dari tanah liat menjadi keramik pada suhu 573 derajat Celcius dalam proses pembakaran keramik, hal itu diikuti pemuaian (expansion) badan keramik” kata Asmujo J Irianto.

Salah satu partisipan pameran, Eldwin Pradipta sebagai seorang seniman menampilkan karya dengan judul Untitled #3 (After Ai Wei Wei’s Colored Vases) dengan menampilkan video projection on vases yang membuat penasaran pengunjung akan kesinergian makna dan karya yang diusung oleh penggagas. Eldwin Pradipta seakan ingin menaikan nilai karya keramik sehingga dapat menerobos menuju seni keramik kontemporer. Salah seorang seniman China, Ai Wei Wei mewarna wadah wadah keramik dari dinasti Han dengan cat murahan tetapi menurunkan nilai kultural dan tradisi tetapi menerobos seni keramik kontemporer. Dalam karya, Eldwin Pradipta menampilkan video projection atau mapping dengan memproyeksikan pada karya keramik seakan membuat apresiator merefleksikan diri pada masa kelam saat Ai Wei Wei mewarnai wadah wadah keramik tersebut dan mengingatkan bahwa pentingnya seni kontemporer difahami oleh masyarakat.

Workshop pembuatan keramik dari Industri Keramik dari Jawa Timur dan Workshop Pembakaran Keramik Ruku Ruku turut memanjakan mahasiswa seni rupa UPI yang berpartisipasi. Workshop industri keramik Jatim mengajarkan pembuatan keramik tradisional dengan teknik tersendiri. Workshop keramik Ruku- Ruku juga mengajarkan teknik pembakaran keramik biskuit menjadi keramik Ruku- Ruku dengan suhu 2000 derajat Celcius. Dalam workshop ini diajarkan proses mengglasir keramik (pewarnaan keramik) dengan zat logam dengan hasil pembakaran yang sangat menarik dan mempunyai nilai estetis yang sangat tinggi.

Akhir perjalan pulang beberapa partisipan diberi oleh-oleh keramik. Dengan perasaan menjunjung kelangit kami himpunan mahasiswa seni rupa dengan berbangga hati dapat mengawali acara Art Trip Himasra dengan mengapresiasi Jakarta Contemporary Ceramics Biennale #3. Selamat datang di perjalanan selanjutnya. (Rega Oktaviana).