7 Tema dalam Pameran SIMULAKRUM
Sebuah pameran menjadi ajang untuk menunjukan eksistensi seorang seniman,
pameran juga sebagai sumber insprirasi bagi seniman lain demi kepentingan ilmu
atau pengalaman. Pameran angkatan, menjadi kegiatan rutin Mahasiswa Pendidikan
Seni Rupa UPI, pameran angkatan sendiri berawal dari angkatan 2009 yang
akhirnya pada tanggal 22-25 September 2014 angkatan muda Mahasiswa Pendidikan
Seni Rupa UPI 2013 membuat sebuah pameran yang berbeda dari pameran angkatan
sebelumnya. Pameran ini bernama SIMULAKRUM #PohonPensilArtProject, yang di mana
SIMULAKRUM berarti simulasi ruangan, Pohon Pensil sendiri merupakan nama
angkatan.
Adapun keistimewaan pameran ini yaitu satu pameran dengan tujuh tema
sekaligus. Satu angkatan yang dibagi menjadi tujuh kelompok, kelompok yang pertama
ditemui yaitu Swarnadwipa dengan tema “Political Art”, para seniman Swarnadwipa
mengkaji sebuah isu politik di Indonesia yang dituangkan kedalam sebuah karya
dua dimensi maupun tiga dimensi. Kelompok ke dua saat memasuki ruang pameran
yaitu kelompok Andromeda, dengan sebuah gagasan “Berkarya Tanpa Batas” memiliki
arti yang dalam, bahwa seniman Andromeda ini mengangkat sebuah nama rasi
bintang yang berarti bintang itu tak terhitung jumlahnya dan berada di luar
angkasa yang tak ada batasnya. Sehingga di sini para senimannya bebas
mengekspresikan Andromeda sesuai sudut pandang masing-masing.
Tepat di depan kelompok Andromeda, kita bisa mengunjungi kelompok Lost
yaitu “The Art of Game” yang menarik dari tema yang satu ini yaitu ada game di
setiap karya yang boleh dijawab oleh apresiator. Kelompok ini mengusungkan tema
tersebut agar apresiator bisa lebih mengamati dan menilik-nilik sebuah karya.
Berada di ruangan yang sama sebelum menuju ruangan selanjutnya ada kelompok
Coins “Arts for the Concern” seniman Coins merasa gelisah dengan keadaan
sekarang, masyarakat mulai tidak peduli dengan “uang receh” akhirnya mereka
mengingatkan kembali bahwa sekecil apapun nominalnya tetap saja uang itu
berharga.
Ruangan ke dua ada tiga kelompok yang tidak kalah istimewanya, jajaran
pertama kelompok Mofa “Movement of Fashion on Art” seniman penyuka fashion ini
mengusung tema yang unik, yaitu perpindahan gaya berpakaian Indonesia dari masa
ke masa, dari abad ke-19 hingga memasuki abad ke-20. Juga ada sebuah karya
kolaborasi tiga dimensi dari ke enam senimannya. Kelompok ke enam yaitu
L.I.M.I.T, limit yang berarti batas, para senimannya berusaha bagaimana cara
berkarya dalam keterbatasan yang akhirnya munculah ungkapan “break the limit”.
Berpesan agar kita tidak merasa di batasi oleh suatu hal, sesungguhnya kita
mampu melewati batas-batas yang ada. Terakhir, kelompok yang asik lainnya
adalah Sigga “Recyle Out of the Box” yang mengingatkan kita kembali kepada masa
90-an, ada benda-benda pada masa itu yang dikemas menjadi sebuah karya seni,
dan uniknya benda-benda tersebut terbuat hanya dari kardus.
Pameran yang berlangsung selama kurang lebih empat hari ini mendatangkan
cukup banyak apresiator, ada 300 lebih pengunjung di hari pembukaan yaitu
Senin, 22 Septerber 2014, hal ini cukup mengejutkan bagi panitia karena
apresiator yang hadir dua kali lipat dari perkiraan. Sehingga antrian untuk
memasuki ruangan pameran pun cukup panjang, namun tidak mengurangi semangat
para apresiator yang ingin menikmati karya-karya Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa
angkatan 2013. Pameran ini resmi di buka oleh dosen Pendidikan Seni Rupa yakni
Bapak Heri Santosa, beliau salut akan kinerja dan semangat para mahasiswanya
karena telah mampu menyelenggarakan sebuah pameran, “Berjuanglah sekuat
mungkin.” Begitulah kutipan kecil dari Bapak Heri. Beberapa dosen pun hadir,
dan beberapa pentinggi fakultas menjadi saksi sejarah angkatan 2013. Selain itu
seorang Mentor yang membimbing pameran hingga pameran ini berlangsung ikut
hadir pula, Rudi St Darma atau akrab dengan sebutan Om Udey, beliau
berterimakasih atas komitmen yang di pegang teguh oleh angkatan 2013 meskipun
ada beberapa hal yang harus dievaluasi.
Tidak mengurangi kemeriahan sedikitpun, di hari kedua pameran SIMULAKRUM
ini menjadi yang pertama mengadakan kegiatan Live Mural, antara lain oleh
angkatan 2013; Rina, Andri, Azhar, angkatan 2012; Prisma, angkatan 2011; Zam
zam, angkatan 2010; Adlan, angkatan 2009: M Riky dan salah satu alumni yaitu
Pak Asep Wahyu. Dengan tema mural FPSD yaitu fakultas baru, Fakultas Pendidikan
Seni dan Desain, para seniman mural ini saling merespon karya satu sama lain,
sehingga memiliki sebuah kesatuan yang utuh.
Di hari ke tiga dan ke empat, apresiator di perbolehkan untuk bertanya
kepada para seniman SIMULAKRUM mengenai karya-karyanya, atau lebih di kenal
dengan Artist Talk. Tentu saja, berbagi pengalaman dan bercerita menjadi hal
utama yang diperhatikan, melihat apresiator yang hadir lebih banyak yang bukan
pekerja seni, sehingga perlu bagi mereka untuk mengetahui lebih di banding yang
memang sudah bergelut di bidang kesenirupaan. Meski begitu, tak sedikit dari
mereka yang tetap penasaran dan bertanya pada seniman yang bersangkutan.
Sekaligus menutup Pameran Simulakrum, hari ke empat pada malamnya,
pemutaran video dokumentasi dari sodara Akmal dan Azis yang juga merupakan
angkatan 2013. Suasana malam yang cerah saat itu memberikan kesan yang lebih
hangat dengan adanya kilas balik dari penggarapan Pameran SIMULAKRUM. Dapat di
simpulkan bahwa pameran angkatan bukan hanya sekedar ajang pajang karya atau
pembuktian saja, tetapi sebagai salah satu kesempatan bagi angkatan itu sendiri
untuk membangun brotherhood dan
kekeluargaan yang semakin erat. Dengan proses panjang yang penuh dengan intrik
dan lika-liku, menghasilkan sesuatu yang sangat di luar dugaan. Pada malam itu;
Kamis, 25 September 2014 di bawah pepohonan Taman Nobita, saat malam sedang
hangat-hangatnya, Pameran SIMULAKRUM resmi di tutup dengan kebahagiaan yang
nyaris sempurna. (Rina; 27-9)