Selasa, 03 Maret 2015

7 Tema dalam Pameran SIMULAKRUM



Sebuah pameran menjadi ajang untuk menunjukan eksistensi seorang seniman, pameran juga sebagai sumber insprirasi bagi seniman lain demi kepentingan ilmu atau pengalaman. Pameran angkatan, menjadi kegiatan rutin Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UPI, pameran angkatan sendiri berawal dari angkatan 2009 yang akhirnya pada tanggal 22-25 September 2014 angkatan muda Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UPI 2013 membuat sebuah pameran yang berbeda dari pameran angkatan sebelumnya. Pameran ini bernama SIMULAKRUM #PohonPensilArtProject, yang di mana SIMULAKRUM berarti simulasi ruangan, Pohon Pensil sendiri merupakan nama angkatan.

Adapun keistimewaan pameran ini yaitu satu pameran dengan tujuh tema sekaligus. Satu angkatan yang dibagi menjadi tujuh kelompok, kelompok yang pertama ditemui yaitu Swarnadwipa dengan tema “Political Art”, para seniman Swarnadwipa mengkaji sebuah isu politik di Indonesia yang dituangkan kedalam sebuah karya dua dimensi maupun tiga dimensi. Kelompok ke dua saat memasuki ruang pameran yaitu kelompok Andromeda, dengan sebuah gagasan “Berkarya Tanpa Batas” memiliki arti yang dalam, bahwa seniman Andromeda ini mengangkat sebuah nama rasi bintang yang berarti bintang itu tak terhitung jumlahnya dan berada di luar angkasa yang tak ada batasnya. Sehingga di sini para senimannya bebas mengekspresikan Andromeda sesuai sudut pandang masing-masing.

Tepat di depan kelompok Andromeda, kita bisa mengunjungi kelompok Lost yaitu “The Art of Game” yang menarik dari tema yang satu ini yaitu ada game di setiap karya yang boleh dijawab oleh apresiator. Kelompok ini mengusungkan tema tersebut agar apresiator bisa lebih mengamati dan menilik-nilik sebuah karya. Berada di ruangan yang sama sebelum menuju ruangan selanjutnya ada kelompok Coins “Arts for the Concern” seniman Coins merasa gelisah dengan keadaan sekarang, masyarakat mulai tidak peduli dengan “uang receh” akhirnya mereka mengingatkan kembali bahwa sekecil apapun nominalnya tetap saja uang itu berharga.

Ruangan ke dua ada tiga kelompok yang tidak kalah istimewanya, jajaran pertama kelompok Mofa “Movement of Fashion on Art” seniman penyuka fashion ini mengusung tema yang unik, yaitu perpindahan gaya berpakaian Indonesia dari masa ke masa, dari abad ke-19 hingga memasuki abad ke-20. Juga ada sebuah karya kolaborasi tiga dimensi dari ke enam senimannya. Kelompok ke enam yaitu L.I.M.I.T, limit yang berarti batas, para senimannya berusaha bagaimana cara berkarya dalam keterbatasan yang akhirnya munculah ungkapan “break the limit”. Berpesan agar kita tidak merasa di batasi oleh suatu hal, sesungguhnya kita mampu melewati batas-batas yang ada. Terakhir, kelompok yang asik lainnya adalah Sigga “Recyle Out of the Box” yang mengingatkan kita kembali kepada masa 90-an, ada benda-benda pada masa itu yang dikemas menjadi sebuah karya seni, dan uniknya benda-benda tersebut terbuat hanya dari kardus.

Pameran yang berlangsung selama kurang lebih empat hari ini mendatangkan cukup banyak apresiator, ada 300 lebih pengunjung di hari pembukaan yaitu Senin, 22 Septerber 2014, hal ini cukup mengejutkan bagi panitia karena apresiator yang hadir dua kali lipat dari perkiraan. Sehingga antrian untuk memasuki ruangan pameran pun cukup panjang, namun tidak mengurangi semangat para apresiator yang ingin menikmati karya-karya Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa angkatan 2013. Pameran ini resmi di buka oleh dosen Pendidikan Seni Rupa yakni Bapak Heri Santosa, beliau salut akan kinerja dan semangat para mahasiswanya karena telah mampu menyelenggarakan sebuah pameran, “Berjuanglah sekuat mungkin.” Begitulah kutipan kecil dari Bapak Heri. Beberapa dosen pun hadir, dan beberapa pentinggi fakultas menjadi saksi sejarah angkatan 2013. Selain itu seorang Mentor yang membimbing pameran hingga pameran ini berlangsung ikut hadir pula, Rudi St Darma atau akrab dengan sebutan Om Udey, beliau berterimakasih atas komitmen yang di pegang teguh oleh angkatan 2013 meskipun ada beberapa hal yang harus dievaluasi.

Tidak mengurangi kemeriahan sedikitpun, di hari kedua pameran SIMULAKRUM ini menjadi yang pertama mengadakan kegiatan Live Mural, antara lain oleh angkatan 2013; Rina, Andri, Azhar, angkatan 2012; Prisma, angkatan 2011; Zam zam, angkatan 2010; Adlan, angkatan 2009: M Riky dan salah satu alumni yaitu Pak Asep Wahyu. Dengan tema mural FPSD yaitu fakultas baru, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, para seniman mural ini saling merespon karya satu sama lain, sehingga memiliki sebuah kesatuan yang utuh.

Di hari ke tiga dan ke empat, apresiator di perbolehkan untuk bertanya kepada para seniman SIMULAKRUM mengenai karya-karyanya, atau lebih di kenal dengan Artist Talk. Tentu saja, berbagi pengalaman dan bercerita menjadi hal utama yang diperhatikan, melihat apresiator yang hadir lebih banyak yang bukan pekerja seni, sehingga perlu bagi mereka untuk mengetahui lebih di banding yang memang sudah bergelut di bidang kesenirupaan. Meski begitu, tak sedikit dari mereka yang tetap penasaran dan bertanya pada seniman yang bersangkutan.


Sekaligus menutup Pameran Simulakrum, hari ke empat pada malamnya, pemutaran video dokumentasi dari sodara Akmal dan Azis yang juga merupakan angkatan 2013. Suasana malam yang cerah saat itu memberikan kesan yang lebih hangat dengan adanya kilas balik dari penggarapan Pameran SIMULAKRUM. Dapat di simpulkan bahwa pameran angkatan bukan hanya sekedar ajang pajang karya atau pembuktian saja, tetapi sebagai salah satu kesempatan bagi angkatan itu sendiri untuk membangun brotherhood dan kekeluargaan yang semakin erat. Dengan proses panjang yang penuh dengan intrik dan lika-liku, menghasilkan sesuatu yang sangat di luar dugaan. Pada malam itu; Kamis, 25 September 2014 di bawah pepohonan Taman Nobita, saat malam sedang hangat-hangatnya, Pameran SIMULAKRUM resmi di tutup dengan kebahagiaan yang nyaris sempurna. (Rina; 27-9)